Rasa Pecel Lele Ini Merakyat Dan Meroket Ditengah Resesi Dengan Sambalnya Yang Khas

Rasa Pecel Lele Ini Merakyat Dan Meroket Ditengah Resesi Dengan Sambalnya Yang Khas
Teropongpost, Tangsel, –Usaha kuliner seperti restoran dan kafe bangkit lagi pasca masa pandemi Covid-19. Tak sedikit para pengusaha meracik inovasi dengan ide ide yang cemerlang serta citra rasa yang berbeda, agar dapat mengisi peluang di sektor Industri kuliner. Seperti pecel lele yang di sajikan di tengah resesi.

Citra rasa tersebut Salah satunya adalah Sambal Bu NIK yang omsetnya langsung meroket. Untuk itu mereka membuka cabang kedua di Ruko Pamulang Permai Tangerang Selatan. Dengan Rasa Pecel Lele dengan harga merakyat.

Pecel Lele dengan sajian sambal yang khas, dimulai dengan total Investasi mulai dari Rp 450 juta untuk paket usahanya, itupun tergantung harga sewa tempatnya.

Read More

Namun omset Sambal Bu Nik ini sangat lumayan, padahal baru buka dieilayah pamulang permai dengan hitungan hari sudah setara dengan Sambal Bu NIK Jatiasih yang buka pertama.

Hanya berbekal marketing organik, pasang spanduk dan papan nama yang besar, posting feed story IG FB Tiktok, tanpa iklan berbayar, maka tidak hayal lagi langsung meroket.

“Kami maunya kayak Pecel Lele Tenda buka outlet, tidak usah ada acara macem-macem, promo macem-macem. Kita test orang datang apa gak,” kata Ahmad DS selaku Direktur Marketing Sambel Bu Nik. Rabu (23/11/22).

Menurut Ahmad, kalau dari marketing mix 4P. Sambal Bu NIK ini hanya mengandalkan 2P saja yakni Product dan Place, sambel rampainya beserta pilihan 25 lauk yang bikin “lapar mata” dan pilihan lokasi outlet yang strategis.

Sedangkan Price list nya dijadikan “gimick” saja dengan menuliskan di spanduknya “mulai Rp. 10.000” yang memberikan kesan murah.
Nyatanya hampir tidak ada pelanggan yang memanfaatkan menu Rp 10.000-an, entah karena “laper mata” atau gengsi karena sajiannya yang prasmanan.

“Saya perhatikan selama sebulan ini, pelanggan awalnya masuk kebanyakan terprovokasi oleh kata Sambal Bu NIK Rp. 10.000 dan terlihat ramai dengan parkiran penuh,” tuturnya.

Berbeda dengan resto lainnya, Sambal Bu Nik menyajikan 25 macam lauk terutama ikan asin.
“Anda juga akan disuguhkan atraksi pegawai nguleg sambal sambil bergoyang tangannya,” candanya.

Sambal Bu NIK juga menyediakan aneka daun lalapan melimpah dan gratis seperti: terong ungu, daun popohan, kubis, kemangi, daun petai muda, ketimun, selada, dan special ada petai hutan atau kabau atau jaling, jaling ini sangat langka diambil dari hutan Sumatra.

Selain itu disediakan nasi putih yang harum dan pulen, karena beras yang dipakai kelas premium.
“Nasinya juga gratis, ambil sendiri sekenyangnya, kalau kurang bisa nambah,” kata Ahmad.

Sensasi sambal dadak dengan tomat rampai dan terasi bangka begitu menggoda, sensasi “umami” pedas asin gurih menempel di ujung lidah sampai rongga tenggorokan.

“Pas banget dengan nasi panas pulen dan ikan atau ayam yang fresh tak pernah sekalipun masuk freezer. Suegerr sampai ke daging dagingnya,” ujarnya.

Untuk menjaga standar kualitas produk dan layanan, sudah betul pilihan Sambal Bu NIK dengan sistem kemitraan swakelola, dimana investor tidak terlibat dalam pengelolaan bisnis. 100% bisnis dikelola manajemen Sambel Bu Nik.

Investor tinggal menikmati bagi hasil 50% dari nett profit setiap bulannya. Bagaikan punya deposito di bank, tinggal nunggu transferan masuk ke rekening.

“Saya yakin dengan dukungan manajemen operasional yang kokoh, dan dengan leadership yang “steady” Sambal Bu NIK akan melaju bukan hanya kencang namun konsisten dengan ekspansi cabang yang terukur. Hanya 1 cabang dalam 1 bulan dan sementara hanya fokus di Jabodetabek,” ujar Ahmad DS.

Ahmad sangat menyadari, tentu saja di setiap bisnis ada resikonya. Kalau pun tidak mencapai target, manajemen dan investor akan memindahkan lokasi usahanya ke lokasi yang lebih prospek dengan sistem gotong royong.

Ini jarang ada di sistem kemitraan manapun, biasanya kalau rugi dan mau pindah lokasi itu urusan mitra, pemilik merek gak mau tahu.

“Manajemen Sambal Bu Nik harus berhati-hati karena hanya sebagian outlet yang akan dilepas kepemilikannya ke investor. Sebagian besar outlet dimiliki sendiri. Ini tentunya sangat cerdas untuk mengamankan berlanjutnya bisnis dan “bargaining power” dengan investor,” terang Ahmad.

Kalau manajemen punya outlet sendiri dalam jumlah banyak maka mitra investor akan lebih percaya, artinya pemilik merek sangat yakin dengan prospek bisnisnya.

Dalam waktu dekat Sambal Bu Nik akan membuka cabang lagi didaerah Citayam Depok, Lenteng Agung Jakarta Selatan, Sawangan Depok dan Bekasi.

Baca berita dan informasi menarik lainnya dari teropongpost.id di Google News.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.