Pengabdian Dosen Terhadap Ancaman Gizi Lebih, Edukasi Nutrisi Mendesak

Pengabdian Dosen Terhadap Ancaman Gizi Lebih, Edukasi Nutrisi Mendesak
Teropongpost, Medan,-Bertempat di Taman Kanak-kanak Khansa, Pasar 1, Setiabudi Medan, tim Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Sumatera Utara melaksanakan pendidikan kesehatan kepada guru-guru PAUD dan orangtua murid, baru-baru ini. Acara ini merupakan kegiatan pengabdian dosen yang dibiayai melalui skema pendanaan Non PNBP/ BPPTN tahun anggaran 2023. Kegiatan pendidikan kesehatan ini dilakukan oleh tiga dosen USU yaitu dr. Putri Chairani Eyanoer, MS.Epi, PhD, Dr. Fotarisman Zaluchu, SKM, MPH dan dr. Yuki Yunanda, MKes.

“Kita prihatin karena ibu-ibu dan guru PAUD banyak yang tidak paham bagaimana nutrisi yang tepat bagi anak balita. Alhasil, Indonesia dilanda oleh dua masalah gizi, yaitu di satu sisi ekstrim kita berhadapan dengan gizi kurang, namun di satu sisi lain kita melihat masalah gizi lebih, terutama di perkotaan”, jelas dr. Putri menjelaskan sebagai pengabdian dosen dari latar belakang kegiatan ini.

Pengabdian dosen ini oleh Putri dijelaskan bahwa, saat ini di Indonesia, berdasarkan data Survei Status Gizi 2022, terdapat lebih dari 3 persen anak balita mengalami gizi lebih, dan sebanyak 2,8 persen ada di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan adalah salah satu kantong balita gizi lebih, yaitu sekitar 1,8 persen.

Read More

Sementara itu, Dr. Fotarisman Zaluchu, M. PH, Ph.D mengungkapkan keterkejutan nya karena mendapati ibu-ibu peserta kegiatan yang rata-rata tinggal di perkotaan ternyata banyak yang tidak paham soal gizi yang baik dan seimbang. Ia tidak menyangka jika ibu-ibu yang hidup di perkotaan, yang dekat dengan lingkaran informasi justru memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi dan nutrisi yang baik bagi anak-anak mereka. “Tadi saya sangat terkejut karena di tempat yang begitu dekat dengan pusat kota ini, masih banyak ibu yang tidak paham gizi yang baik. Konon lagi di kawasan yang jauh dari pusat informasi. Ini sangat mengkuatirkan, dan menjelaskan kepada kita trend gizi lebih ini. Banyak orangtua tidak sadar gizi sehingga anak-anaknya pun mengalami masalah gizi lebih ini,” papar pria lulusan S3 dari Belanda itu.

Materi disampaikan dengan menggunakan Permainan Kartu Nutrisi. Setiap ibu-ibu yang dibagi dalam kelompok diminta memilih-milih makanan yang akan diberikan kepada anaknya di rumah dalam satu hari. Pilihan-pilihan tersebut menggunakan jenis-jenis makanan yang telah disediakan oleh tim. Dan hasilnya, “ternyata semua ibu memilih makanan untuk anaknya melampaui kebutuhan harian yang dianjurkan,” kata dr. Putri.

Dokter Putri kemudian menjelaskan kepada peserta bahwa makanan dipilih bukan jumlah dan takarannya, tetapi seharusnya takaran nutrisi di dalamnya. Kita tidak boleh mengukur dari banyaknya makanan dipiring, tetapi pada komposisinya. Untuk itu, sambungnya, kita harus memberikan anak-anak balita kita makanan yang kaya protein, agar masa emasnya tidak berlalu begitu saja.

Setelah dr. Putri menerangkan pemberian makanan yang kurang sesuai tersebut, Dr. Fotarisman Zaluchu menjelaskan pengaturan nutrisi dalam satu hari. Fotarisman menjelaskan bahwa alokasi makanan harus diatur sedemikian rupa sehingga kebutuhan nutrisi harian terpenuhi. Banyak ibu yang salah di dalam mengatur menu karena di satu sisi memberikan proporsi sumber karbohidrat terlalu banyak. Akibatnya banyak anak postur tubuhnya tidak sehat karena terlalu gemuk.

Ibu-ibu peserta terlihat sangat antusias belajar pada tim USU. Mereka akhirnya melihat bahwa selama ini mereka salah di dalam memberikan asupan makanan kepada anak-anaknya. Ibu Putri misalnya, salah seorang orangtua merasa bahwa ia terlambat mengetahui topik ini. Tetapi ia berjanji untuk memperbaikinya. Ibu Indah, yang memiliki anak di PAUD pada akhirnya mengerti alangkah sayangnya jika selama ini ia tidak mengetahui bagaimana seharusnya pemberian makanan kepada anaknya. Ia berharap dapat diberikan informasi mengenai praktik baik nutrisi pada anaknya yang masih di jenjang PAUD tersebut.

“Kita berharap ada kolaborasi antara orangtua dengan guru-guru di dalam meningkatkan kualitas pemberian makanan pada anak balita ini. Sebab sekolah sebenarnya dapat menjadi lokasi belajar gizi yang baik. Selain orangtua di rumah, praktik nutrisi yang baik itu dapat dipantau oleh guru-guru di tingkat PAUD ini,” pungkas dr. Putri.

Baca berita dan informasi menarik lainnya dari teropongpost.id di Google News.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.