Sandiaga Uno di Universitas Paramadina: “Bonus Demografi Tak Bermakna Tanpa Bonus Inovasi dan Kolaborasi”

Sandiaga Uno di Universitas Paramadina: “Bonus Demografi Tak Bermakna Tanpa Bonus Inovasi dan Kolaborasi”
Teropongpost, Jakarta — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2020–2024, Sandiaga Salahuddin Uno, hadir sebagai pembicara tunggal dalam forum Meet The Leaders yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina, Sabtu (11/10/2025).

Acara yang berlangsung di Auditorium Benny Subianto, Trinity Tower Lt. 45, Kampus Kuningan, ini dibuka langsung oleh Hendro Martowardojo, Ketua Umum Yayasan Wakaf Paramadina, serta dipandu oleh Wijayanto Samirin selaku moderator dan Sandiaga Uno sebagai pembicara.

Dalam forum tersebut, Sandiaga menyoroti pentingnya lahirnya generasi muda dengan pola pikir wirausaha sejati — bukan sekadar pelaku bisnis karena keterpaksaan.

Read More

“Rasio wirausaha Indonesia baru sekitar 3,5 persen dan belum menunjukkan lonjakan berarti. Banyak dari pelaku UMKM kita berwirausaha karena keadaan, bukan pilihan sadar,” ujar Sandiaga.Menurutnya, kewirausahaan harus menjadi pilihan karier yang menarik dan dihormati, karena peningkatan jumlah wirausahawan akan memperkuat pondasi ekonomi nasional yang berkeadilan.

Sandiaga yang juga menjabat Bendahara Umum Yayasan Wakaf Paramadina, menegaskan bahwa wirausaha masa kini wajib memiliki tiga pola pikir utama: inovatif, adaptif, dan kolaboratif.

“Inovasi berarti melihat peluang di setiap tantangan. Adaptasi menuntut keberanian untuk berubah. Sedangkan kolaborasi adalah kekuatan untuk tumbuh bersama,” tuturnya.

Ia menyebut, bonus demografi yang tengah dimiliki Indonesia hanya akan berdampak positif jika diiringi dengan “bonus inovasi dan kolaborasi”. Karena itu, Sandiaga mendorong agar nilai-nilai tersebut ditanamkan pada generasi muda sejak dini agar siap bersaing di tingkat global.

Lebih lanjut, ia memaparkan empat kunci ketahanan menghadapi perubahan dunia yang cepat: sense (kepekaan), agility (ketangkasan), strive (semangat juang), serta kemampuan membangun bisnis yang tangguh dan fleksibel.

“Sense itu peka terhadap nilai sosial, bukan ‘flexing’. Agility adalah kemampuan beradaptasi cepat, sedangkan strive berarti pantang menyerah,” jelasnya.

Sandiaga juga menyinggung peran teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kini menjadi katalis penting dalam dunia bisnis modern. Ia membagikan pengalamannya menggunakan AI untuk pembuatan materi promosi yang meningkatkan penjualan secara signifikan.

“Dengan AI, produktivitas bisa naik hingga 40 persen. Namun, penggunaannya harus bijak dan disertai pemahaman yang baik,” imbuhnya.

Dalam sesi yang berlangsung interaktif itu, Sandiaga menekankan pentingnya gerakan nasional bangga produk lokal. Ia mencontohkan keberhasilan sepatu lokal Indonesia yang tampil di Paris Fashion Week, sebagai bukti bahwa kualitas produk dalam negeri mampu bersaing di panggung global.

“Kita harus meniru semangat bangsa Korea—bangga, menggunakan, dan memberi masukan bagi produk lokal agar terus maju,” tegasnya.

Menutup paparannya, Sandiaga mengingatkan bahwa bonus demografi Indonesia dapat menjadi peluang emas atau justru ancaman, tergantung cara pengelolaannya.

“Bonus demografi tidak bertahan selamanya. Jika gagal dikelola, bisa berubah menjadi bencana,” ujarnya mengingatkan.

Ia menegaskan bahwa pengembangan kewirausahaan dan keterampilan generasi muda menjadi kunci menuju Indonesia Emas 2045.

“Dengan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, kita dapat mewujudkan kemakmuran bersama dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global,” tutup Sandiaga Uno disambut tepuk tangan peserta.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.