Disusun oleh;
Deni Nuryadin
Komissioner BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Pentingkah Personal Branding buat kita dalam mencapai suatu tujuan baik untuk keperluan pribadi maupun untuk mencapai tujuan corporate beanding sebuah lembaga atau perusahaan.
Menurut pendapat beberapa orang yang sukses di bidangnya masing-masing, ternyata personal branding itu amat penting sebagai salah satu faktor dalam mendukung sebuah kesuksesan.
Sebut saja seorang ahli komunikasi akan senantiasa menjaga performa penampilannya didepan publik baik terhadap penguasaan materi penyampaian sampai kepada bagaimana mempresentasikan dan berkomunikasi secara menarik dan efektif.
Kebanyakan orang dalam membentuk personal branding yakni keengganan atau tidak pedulinya dalam menjaga attitude yang melekat pada perilaku pribadinya sehari-hari, karena apabila hal ini terjadi maka sesungguhnya Anda sedang menggali lubang untuk memasukkan personal branding jauh ke dalam.
Selain itu dalam membentuk personal branding hendaknya dilakukan secara terus menerus dengan tulus ikhlas, upaya ini diharapkan agar menjadi sebuah kebiasaan kedepannya.
Di dalam salah satu komponen attitude ada yang dinamakan amanah atau jujur atau tidak berkata bohong, jujur bertindak, jujur memutuskan suatu perkara atau membuat kebijakan juga merupakan bagian dari kejjujurqn.
Sebagaimana disampaikan dalam Hadits H.R. Bukhari
“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur (berkata/ bersikap benar), karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seseorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur (berkata benar).”
Sikap dan perilaku jujur yang Anda tunjukan sehari-hari, cara berbicara, bertindak memperlakukan orang lain, semua itu adalah cerminan dari apa yang Anda pikirkan, maka percaya atau tidak percaya semua itu dapat memengaruhi kesuksesan Anda di masa datang.
Personal branding yang melekat pada pelaku pelaksana perusahaan terlebih keputusan atau kebijakan pimpinan perusahaan akan menentukan arah cprporate branding yang akan dibentuk.
Keputusan atau kebijakan pimpinan perusahaan amat strategis dalam membentuk corporate branding yang akan dituju, karena keputusannya akan memberikan dampak positif atau sebaliknya memberikan ekses kurang menguntungkan bagi corporate branding.
Sebagai contoh personal branding pimpinan perusahaan yang melekat pada pribadinya dapat membantu terbentuknya corporate branding yang diinginkan.
Contoh personal branding pimpinan perusahaan yang dapat membantu corporate branding dalam memutuskan sebuah kebijakan perusahaan dapat tergambarkan pada saat sebuah keputusan atau kebijakan dibuat, apakah memberikan rasa keadilan dan kebermanfaatan bagi semua pihak di atas semua golongan atau sebaliknya keputusannya akan menguntungkan hanya pada salah satu golongan saja.
Tentunya transaksi bisnis yang dibalut dengan prinsip syariah, ;mengutamakan maslahah.
Contoh lain kejujuran yang tulus ikhlas dalam semua aspek. Kebijakannya berlandaskan pada *azas persaudaraan* (ukhuwah) dimana prinsip yang menekankan pentingnya hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak yang terlibat.
Bukan sebaliknya kebijakan atau keputusan yang dibuatnya akan menguntungkan pada salah satu golongan saja terlebih untuk kepentingan oligarki beserta lingkungan yang melekatnya.
Sebagaimana dalam Surat Al Maidah Ayat 8, “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Bersikap bijak dalam setiap keputusan tentunya akan menambah “point plus” personal branding bagi pelaku pembuat keputusan dan apabila kumpulan seluruh periaku pelaku tersebut dijumlahkan, maka hal ini secara agregat akan membentuk corporate branding yang bernilai positif.
Semoga adanya isue pada salah satu lembaga keuangan syariah tidak akan muncul kembali dan hal ini semestinya menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, baik untuk eksekutor, regulator maupun bagi supervisor. Menjaga marwah sama pentingnya dalam rangka memelihara corporate branding di tengah-tengah umat.
Wallahu a’lam bishawab..