Penulis : Willy Prakarsa
Ketua Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI) 98
Dalam kontestasi politik seperti halnya Pilkada serentak 2024 ini, tentunya ada pihak yang menang dan kalah. Bagi yang menang apakah itu kemenangan sesungguhnya, atau bahkan pihak yang kalah justru mendapatkan kemenangan sebenarnya?
Bukankah Anda puas dan merasa hidup senang karena telah menang? Lalu mengatasnamakan Allah SWT? Mengapa agama selalu dijadikan sebagai komoditas untuk kepentingan pribadi?
Anda terjebak di balik perasaan kemenangan dan tawa yang terlebar, hakikatnya Anda sebenarnya telah ditipu oleh diri sendiri karena kelaliman dan tamak. Dan Anda ditertawakan oleh diri sendiri karena tidak mampu mengontrol nafsu dalam diri.
Kemenangan sejati adalah kekalahan, di mana yang kalah sejatinya memperoleh kemenangan. Kemenangan bisa dan mampu membuat lawan tergelincir sehingga lawan terpaksa mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk dihambur-hamburkan kepada masyarakat agar mereka menjadi pendukungnya.
Sehingga, masyarakat mampu membeli beras dan barang lainnya menggunakan uang tersebut. Inilah gerakan politik pendukung yang memanfaatkan psikologis lawan, dengan membuang-buang uang untuk kesejahteraan sosial.
Ingatlah, Bung… Kami yang kalah dengan gagah secara negarawan sudah mengucapkan selamat kepada pemenang yang ikut dalam kontestasi tersebut, dan rakyat benar-benar merasakan pesta demokrasi dengan aman, nyaman, dan damai.
Anda tertipu sebagai pemenang, padahal ikat pinggang Anda telah kendur. Ingatlah, masih ada langit di atas langit.
Salam Indonesia Sehat.